Aku Tidak
Percaya Agama, Tapi Aku Percaya Tuhan
By: Moh. Agus Feri Effendi Susilo/Filsafat
Agama/IAIN Tulungagung
Entah bagaimana kata orang kedepan tentang statement saya
mengenai kepercayaan ini. Percaya ataupun kepercayaan adalah suatu hal yang
sudah lumrah di anggap biasa dalam pandangan masyarakat. Kepercayaan adalah
suatu hal yang bisa di katakan suatu tekad dalam hati yang paling dalam untuk
mengiyai sesuatu baik itu suatu hal nyata maupun tidak nyata.
Dalam berbagai sudut pandang manusia, percaya atau
kepercayaan sering disebut juga dengan sebutan iman atau yakin. Sebenarnya
pengertian antara iman dan yakin itu sama, namun penjabaran secara luas lebih
luasan makna iman. Iman adalah meyakini suatu hal dengan segenap hati yang
terdalam, serta dibuktikan dengan ucapan maupun perbuatan.
Selama ini, orang sering mengatakan “saya yakin dengan
keyakinan agama masing-masing.” Dari kalimat seperti inilah menurut saya awal
perpecahan manusia di muka bumi ini. Dalam urusan ketuhanan, bisa di katakan
itu adalah hal yang sangat sakral dan bisa di katakan privasi. Namun dengan hal
yang satu ini, manusia di buat geram, saling menyalahkan, saling mengunggulkan
apa yang sudah menjadi keyakinannya masing-masing.
Agama sekarang ini banyak di jadikan embel-embel politik,
perekonomian, dan apalah yang di gunakan untuk kepentingan personal. Karena
agama pula orang menjadi tak mengetahui lagi apa sebenarnya manusia di turunkan
ke bumi ini.
Dan karena adanya agama ini, apa yang namanya Tuhan dapat
di pecah menjadi banyak. Ada Tuhan agama Islam (Allah), ada Tuhan agama
Kristiani maupun Khatolik (Tuhan Bapa, Tuhan Kudus, Tuhan Anak), ada Tuhan
agama Hindu (Brahmana, Krishna, Syiwa), dan masih banyak lagi nama Tuhan dari
masing-masing agama.
Padahal apa yang sudah saya ketahui, Tuhan hanyalah ada
satu, Tuhan itu Tunggal, tidak ada yang bisa menandingi-Nya bahkan Tuhan itu
bisa dikatakan beda dengan makhluk serta berdiri sendiri.
Bahkan kalau bisa di katakan pendapat yang saya utarakan
ini lebih condong kepada salah satu agama, yaitu agama Islam. Namun sebelum
mengatakan apa yang ada dalam pikiran saya bukanlah memihak kepada agama Islam.
Bahkan sekarang ini agama sudah tidak murni dan sakral
seperti dulu. Sehingga hal tersebutlah yang membuat saya menjadi tidak percaya
lagi dengan apa yang namanya agama. Agama menurut praktis saya, adalah hal yang
sangat konyol dan serba mengatur. Kalau boleh di katakan Tuhan saja tidak
mengatur apa yang sudah menjadi kodrat manusia masing-masing.
Tuhan tidak memaksakan kehendak-Nya, bahkan Tuhan
menciptakan manusia bukan karena apa tapi karena Tuhan telah memberikan amanah
saat awal penciptaan manusia untuk menjadi kholifah fil ard’ (pemimpin di muka
bumi). Jadi jelas bahwa agama sudah sedikit banyak mengatur kehidupan manusia.
Kalau kita bermain rasionalisasi, coba kita renungkan di kehidupan nyata
sekarang ini, kita berfikir praktis saja.
Zaman yang berlaku di muka bumi ini semakin kedepan bukan
semakin terbelakang, namun semakin menemukan titik yang semakin luas, baru,
modern, banyak hal-hal yang dulu belum pernah ditemukan sekarang ada, dan lain
sebagainya. Dari sini saja, agama sudah mulai ikut campur dalam hal
permasalahan manusia. Melakukan hal ini tidak boleh dilarang dalam agama, hal
ini tidak sesuai dengan apa yang sudah di terangkan dalam agama. Dan lain
sebagainya sebagai penolakan agar manusia tidak bisa sesuai sekendaknya saja.
Padahal kalau kita mengingat hal di atas sangat
bertentangan sekali pada tujuan Tuhan menciptakan manusia, yaitu untuk menjadi
kholifah fil ard’ (pemimpin di muka bumi). Hal yang demikianlah yang sangat di
sayangkan, dan bisa dikatakan adalah suatu hal yang sangat tidak masuk akal,
karena agama sebenarnya adalah hal yang bersangkutan dengan Tuhan tapi malah
membuat manusia menjadi menjauh kepada Tuhan.
Dan karena itu pula jangan salahkan jika ada
manusia-manusia yang beranggapan “saya tidak percaya agama, tapi saya percaya Tuhan.”
Entah nanti dalam peribadatan manusia akan mencarinya sesuai dengan apa yang ia
dapat lakukan. Manusia akan berjalan damai tanpa ada embel-embel agama serta
menuju ke jalannya masing-masing.
Tulungagung, 1-2 Juli 2016.
Agama menurut praktis saya, adalah hal yang sangat konyol dan serba mengatur. Kalau boleh di katakan Tuhan saja tidak mengatur apa yang sudah menjadi kodrat manusia masing-masing.
BalasHapusKalau aku pikir pikir, bener juga pernyataan diatas. Dalam realitas kaum bergama, banyak orang bahkan sudah berlaku seperti Tuhan itu sendiri, yg bisa memastikan siapa yg benar dan siapa salah, siapa yg berhak hidup dan siapa yg harus ditumpas.
Hegemoni pemahaman agama selama ribuan tahun yang dipertahankan sampai hari ini, sering menimbulkan konflik dengan kondisi & situasi sekarang. Jaman sudah berubah, tapi pemahaman lama masih dipertahankan, bahkan dipaksakan. Akibatnya banyak pemahaman agama menjadi tidak manusiawi lagi, bahkan dalam kasus kasus tertentu terjadi kekerasan dan kebrutalan.
Makanya kalau agama masih ingin dipercaya, mestinya pemahamahan agama juga harus menyesuaikan pola pikir mssyarakat modern yg lebih manusiawi & sesuai perkembangan ilmu pengetahuan.
Kalau ada keinginan seperti suara pembaharuan pemahaman, disana sudah banyak yg akan berteriak lantang : kafir, sesat, cacian & hujatan, bahkan ancaman kekerasan.
Karamba - online casino | Karamba - Kendangpintar
BalasHapusKaramba · Karamba · Karamba · Karamba · Karamba Casino · Karamba Casino · Karamba Casino · Karamba 제왕카지노 Casino · Karamba Casino 온카지노 · 메리트카지노 Karamba Casino · Karamba Casino · Karamba Casino