Selasa, 01 Maret 2016

Ayat dan Hadits Filsafat Tentang Anjuran Berfilsafat

Ayat Al Qur’an dan Hadits Tentang Anjuran Berfilsafat.
a.      Al Qur’an.
Ketika kita berbicara mengenai Al Qur’an dan As Sunnah (Hadits), satu hal yang mesti menjurus pada pembicaraan pada sesuatu hal yang berbau Agama Islam. Islam itu sendiri datang ke dunia ini bukan tanpa membawa apapun, Islam datang kedunia membawa Al Qur’an sebagai pedoman hidup bagi umat Islam kedepannya, serta sebagai sumber dan dasarnya.
Al Qur’an ini, juga disebut-sebut sebagai Al Hakim ataupun Al Hikmah, yang mana itu berarti AL Qur’an merupakan filsafat dalam Islam. Di dalam Al Qur’an pula atau di beberapa ayatnya juga menegaskan bahwa usaha berfilsafat di kerjakan oleh orang-orang yang berakal. Sebagaimana yang telah diterangkan di dalam Al Qur’an surah Al Baqarah ayat 269, yang berbunyi:
يُؤْتِي اْلحِكْمَةَ مَنْ يَشَآءُ ج وَ مَنْ يُؤْتَ اْلحِكْمَةَ فَقَدْ أُوْ تِي خَيْرًا كَثِيْرًا قلى وَ مَا يَذَّكَّرُ إِ لَّآ أُوْ لُوْا الاَلْبَبِ (٢٦٩)
Artinya : “Allah menganugerahkan Al Hikmah (Kepahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang di anugerahi Hikmah, ia telah benar-benar telah di anugerahi karunia yang banyak. Dan hanya berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah SWT).”
Sebenarnya, selain ayat di atas. Didalam Al Qur’an masih banyak sekali ayat-ayat yang memerintahkan, mendorong serta membimbing umat Islam untuk berfikir, menggunakan akal pikirannya, bertafakur, dan didalamnya mengandung filsafat. Dengan demikian menurut saya, bahwa ketika seorang muslim berusaha mencari sesuatu kebenaran dari sesuatu hal, itu kemungkinan besar dapat di lakukan ketika seseorang itu menggunakan akal pikirannya ataupun mengoptimalkan pikirannya (berfilsafat). Sebab sesuai dengan apa yang dipelajari oleh mahasiswa Filsafat, bahwa usaha mencari kebenaran, kebajikan dan kebijaksanaan dengan menggunakan akal pikiran dan itu merupakan dasar dari filsafat.
b.      As Sunnah (Hadits).
Harfiah filsafat, berasal dari falsafatun (Bahasa Arab) yang berakar dari kata-kata Yunani, yaitu philo (cinta) Sophia (pengetahuan, hikmah). Yaitu maksudnya ialah berfikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Lalu pertanyaannya sekarang, bagaimana Hadits dalam memandang filsafat?
Sebelumnya kita flashback pada pemikiran sang filosof Islam Al-Kindi, bahwa filsafat merupakan pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu yang mengandung teologi (al-rubbubiyah), ilmu tauhid, etika, dan seluruh ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Dalam corak pemikiran, filsafat berdasarkan ataupun berlandaskan pikiran seseorang, sedang agama berdasarkan ataupun berlandaskan wahyu.
Kemudian dari pada itu, ayat-ayat di dalam Al Qur’an juga banyak mengandung perintah agar manusia memperhatikan, merenungkan, dan memikirkan tentang segala sesuatu, diantaranya penciptaan manusia, langit, dan sebagainya. Dengan demikian dapat kita tarik kesimpulan bahwa Al Qur’an memerintahkan manusia untuk mempelajari filsafat, karena manusia harus membuat spekulasi atas alam raya ini dan merenungkan segala sesuatu yang ada.
Maka dari itu, Rasululloh SAW juga menganjurkan untuk berfikir dengan logika, seperti yang ada dalam percakapan Rasulullah SAW dengan salah satu sahabatnya:
“Atas apa saya harus mendasarkan pertimbangan dan keputusan saya?”
“Atas Al Qur’an”
“Dan jika Al Qur’an tidak mengatakan apa-apa?”
“Atas As Sunnah”
“Dan jika Sunnah tidak mengatakan apa-apa?”
“Atas Ijma’ (kesepakatan) para sahabat”
“Dan jika dia tidak mengatakan apa-apa?”
“Atas akal budimu sendiri”
Dalam percakapan beliau, mengatakan “Atas akal budimu sendiri”. Dengan demikian beliau menyuruh kita untuk berfikir bilamana kita sudah tidak ada lagi pandangan akan segala sesuatu. Selain percakapan di atas juga ada salah satu Hadits yang intinya menganjurkan kita untuk belajar atau menggali ilmu untuk kebenaran, misalnya “Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China”.