Minggu, 26 Februari 2017

Menggali Jejak Pemikiran dalam Naskah Filsafat Islam Menurut Imam Al-Ghozali



Menggali Jejak Pemikiran dalam Naskah Filsafat Islam Menurut Imam Al-Ghozali
Oleh: Moh. Agus Feri Effendi S., Aqidah Filsafat Islam, Semester VI
Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, karena itu manusia di berikan akal fikiran untuk menfikirkan segala sesuatu yang ada disekelilingnya. Hal ini juga tertera dalam salah satu ayat dalam Al-Qur’an, yakni surah Saba’ ayat 46 yang berbunyi:
قُلْ إِنَّمَا أَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍ أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى وَفُرَادَى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا مَا بِصَاحِبِكُمْ مِنْ جِنَّةٍ إِنْ هُوَ إِلا نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ
Yang artinya kurang lebih; “Katakanlah: Sesungguhnya aku hendak memperingati kepadamu, suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan Ikhlas), berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad), tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu, sebelum (kamu menghadapi) adzab yang keras”. (QS. Saba’: 46).
Demikian Allah menciptakan alam semesta dengan seribu misteri dan manusia jua dituntut untuk memikirkannya. Maka dari itu jika ada orang berkata bahwa, ketika kita belajar filsafat sesat dan bisa dikatakan “kafir” itu adalah sebuah kesalahan yang sangat besar bagi dirinya pribadi atau bahkan orang lain yang berada di sekitarnya.
Jauh dari pada itu juga, jika kita berbicara “FILSAFAT” maka yang terkonstruksi dalam pikiran kita adalah ilmu pengetahuan atas jerih payah pemikiran barat. Padahal tidak segampang itu kita bisa menjudge sesuatu. Dalam belahan dunia bagian Timur yang terkenal dengan manusianya yang cenderung mengimani adanya Tuhan pun juga menggunakan apa yang namanya filsafat. Yang salah satunya adalah Filsafat Islam.
Dalam Filsafat Islam ini kebanyakan juga berbicara tentang kejadian yang terjadi di alam sekitarnya dengan berbagai teori. Sehingga saking banyaknya teori yang bermunculan dalam dunia Filsafat Islam menimbulkan banyak kerancuan yang mana memang antara teori yang satu dengan yang lain saling berseberangan.
Contohkanlah hasil pemikiran Al-Ghozali mengenai kerancuan yang terjadi dalam pergulatan pemikiran dalam Filsafat Islam. Namun disini kita yang notabenenya adalah warga Indonesia dan menggunakana bahasa Indonesia, tak jarang yang mengalami kesulitan dalam mempelajari setiap naskah yang di tulis dari hasil jerih payah pemikiran tokoh filsuf Timur ini. Karena kebanyakan naskah yang tertulis adalah menggunakan bahasa Arab.
Namun untuk mempermudah kita dalam menggali setiap kerancuan yang ada di dalam setiap pemikiran para tokoh filsuf Islam ini, Al-Ghozali memiliki daya tawar tersendiri dalam mengungkapkannya, yaitu seperti yang di jelaskannya dalam salah satu kitabnya.
Seperti yang telah kita ketahui, sebelum melakukan kritiknya terhadap filsafat, Al-Ghozali terlebih dahulu mempelajari filsafat secara khusus. Yang mana dari hasil mempelajari filsafat tersebut, beliau dapat mengkelompokkan dalam tiga aliran, yaitu:
1.      Dahriyyun (mirip dengan aliran materialisme)
Dalam aliran ini, menurut beliau mengingkari keterciptaan alam. Alam senantiasa ada dengan dirinya sendiri, tak ada yang menciptakan. Aliran ini yang oleh Al-Ghozali disebut sebagai kaum Zindik.
2.      Thabi’iyyun (mirip dengan aliran naturalisme)
Dalam aliran ini, menurut beliau banyak meneliti dan mengagumi ciptaan Tuhan, mengakui adanya Tuhan tetapi justru mereka berkesimpulan “tidak mungkin yang telah tiada kembali”. Menurutnya jiwa itu akan mati dan tidak akan kembali.
3.      Ilahiyyun (mirip dengan aliran deisme)
Menurut beliau, kelompok ini yang datang paling kemudian para filosof Yunani, seperti Sokrates, Plato, Aristoteles, dan lain sebagainya.
Menurut Al-Ghozali, pemikiran filsafat Yunani seperti filsafat Sokrates, Plato dan Aristoteles, bahkan juga filsafat Ibnu Sina dan Al-Farabi tidak sesuai dengan ajaran agama, hal yang membuat Al-Ghozali mengkafirkan sebagian mereka itu. Seperti yang tertulis dalam salah satu kitab hasil karyanya yang berjudul Tahafut al-Falasifah, kritik Al-Ghozali terhadap para filosof itu terdapat dalam dua puluh masalah.
Menurut Al-Ghozali, dari dua puluh masalah tersebut, tiga diantaranya membawa kekufuran, sedang yang lain dekat dengan pendapat Mu’tazilah. Dan Mu’tazilah, kata Al-Ghozali di tempat lain karena mempunyai pendapat demikian tidak mesti dikafirkan.