Menggali Jejak Pemikiran dalam Naskah Filsafat Islam Menurut Imam
Al-Ghozali
Oleh: Moh. Agus Feri Effendi S., Aqidah Filsafat Islam,
Semester VI
Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang
paling sempurna, karena itu manusia di berikan akal fikiran untuk menfikirkan
segala sesuatu yang ada disekelilingnya. Hal ini juga tertera dalam salah satu
ayat dalam Al-Qur’an, yakni surah Saba’ ayat 46 yang berbunyi:
قُلْ إِنَّمَا
أَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍ أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى وَفُرَادَى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا
مَا بِصَاحِبِكُمْ مِنْ جِنَّةٍ إِنْ هُوَ إِلا نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ
عَذَابٍ شَدِيدٍ
Yang artinya kurang lebih; “Katakanlah: Sesungguhnya
aku hendak memperingati kepadamu, suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap
Allah (dengan Ikhlas), berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu pikirkan
(tentang Muhammad), tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. Dia
tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu, sebelum (kamu menghadapi)
adzab yang keras”. (QS. Saba’: 46).
Demikian Allah menciptakan alam semesta dengan seribu
misteri dan manusia jua dituntut untuk memikirkannya. Maka dari itu jika ada
orang berkata bahwa, ketika kita belajar filsafat sesat dan bisa dikatakan “kafir”
itu adalah sebuah kesalahan yang sangat besar bagi dirinya pribadi atau bahkan
orang lain yang berada di sekitarnya.
Jauh dari pada itu juga, jika kita berbicara “FILSAFAT”
maka yang terkonstruksi dalam pikiran kita adalah ilmu pengetahuan atas jerih
payah pemikiran barat. Padahal tidak segampang itu kita bisa menjudge sesuatu.
Dalam belahan dunia bagian Timur yang terkenal dengan manusianya yang cenderung
mengimani adanya Tuhan pun juga menggunakan apa yang namanya filsafat. Yang
salah satunya adalah Filsafat Islam.
Dalam Filsafat Islam ini kebanyakan juga berbicara
tentang kejadian yang terjadi di alam sekitarnya dengan berbagai teori.
Sehingga saking banyaknya teori yang bermunculan dalam dunia Filsafat Islam
menimbulkan banyak kerancuan yang mana memang antara teori yang satu dengan
yang lain saling berseberangan.
Contohkanlah hasil pemikiran Al-Ghozali mengenai
kerancuan yang terjadi dalam pergulatan pemikiran dalam Filsafat Islam. Namun
disini kita yang notabenenya adalah warga Indonesia dan menggunakana bahasa
Indonesia, tak jarang yang mengalami kesulitan dalam mempelajari setiap naskah
yang di tulis dari hasil jerih payah pemikiran tokoh filsuf Timur ini. Karena
kebanyakan naskah yang tertulis adalah menggunakan bahasa Arab.
Namun untuk mempermudah kita dalam menggali setiap
kerancuan yang ada di dalam setiap pemikiran para tokoh filsuf Islam ini,
Al-Ghozali memiliki daya tawar tersendiri dalam mengungkapkannya, yaitu seperti
yang di jelaskannya dalam salah satu kitabnya.
Seperti yang telah kita ketahui, sebelum melakukan
kritiknya terhadap filsafat, Al-Ghozali terlebih dahulu mempelajari filsafat
secara khusus. Yang mana dari hasil mempelajari filsafat tersebut, beliau dapat
mengkelompokkan dalam tiga aliran, yaitu:
1. Dahriyyun (mirip dengan aliran materialisme)
Dalam aliran ini, menurut beliau mengingkari keterciptaan
alam. Alam senantiasa ada dengan dirinya sendiri, tak ada yang menciptakan.
Aliran ini yang oleh Al-Ghozali disebut sebagai kaum Zindik.
2. Thabi’iyyun (mirip dengan aliran naturalisme)
Dalam aliran ini, menurut beliau banyak meneliti dan
mengagumi ciptaan Tuhan, mengakui adanya Tuhan tetapi justru mereka
berkesimpulan “tidak mungkin yang telah tiada kembali”. Menurutnya jiwa itu
akan mati dan tidak akan kembali.
3. Ilahiyyun (mirip dengan aliran deisme)
Menurut beliau, kelompok ini yang datang paling kemudian
para filosof Yunani, seperti Sokrates, Plato, Aristoteles, dan lain sebagainya.
Menurut Al-Ghozali, pemikiran filsafat Yunani
seperti filsafat Sokrates, Plato dan Aristoteles, bahkan juga filsafat Ibnu
Sina dan Al-Farabi tidak sesuai dengan ajaran agama, hal yang membuat
Al-Ghozali mengkafirkan sebagian mereka itu. Seperti yang tertulis dalam salah
satu kitab hasil karyanya yang berjudul Tahafut al-Falasifah, kritik
Al-Ghozali terhadap para filosof itu terdapat dalam dua puluh masalah.
Menurut Al-Ghozali, dari dua puluh masalah
tersebut, tiga diantaranya membawa kekufuran, sedang yang lain dekat dengan
pendapat Mu’tazilah. Dan Mu’tazilah, kata Al-Ghozali di tempat lain karena
mempunyai pendapat demikian tidak mesti dikafirkan.